Langkah Tanpamu
Rina duduk di tepi jalan yang biasa dilalui Dion setiap hari. Di sana, di bangku tua yang terbuat dari kayu, ia bisa mengingat semua kenangan indah bersama kekasihnya. Canda tawa mereka masih terngiang jelas di telinganya, seolah Dion baru saja melangkah pergi untuk membeli kopi di warung dekat rumah. Namun, kenyataannya, Dion tak akan kembali lagi.
Hari itu, saat semua tampak sempurna, sebuah mobil melaju dengan cepat, tak memberi kesempatan bagi Dion untuk melangkah menjauh. Rina masih ingat betul suara rem yang berdecit, diikuti dengan teriakan panik dari orang-orang di sekitarnya. Ia berlari, jantungnya berdegup kencang. Namun, semua terlambat. Dion tergeletak di tanah, darah mengalir dari kepalanya, matanya menatap kosong.
Sejak kejadian itu, hidup Rina berubah sepenuhnya. Ia tidak lagi bersemangat menghadapi hari-harinya. Dia selalu melihat jam, menghitung waktu, menunggu kedatangan Dion yang tidak akan pernah terjadi. Tiap malam, ia terbangun, merindukan pelukan hangatnya, tatapan lembut yang selalu membuatnya merasa aman. Rina tidak bisa melupakan senyum ceria yang selalu menghidupkan harinya.
Rina bertekad untuk mencari keadilan. Ia tidak ingin tragedi ini hanya menjadi catatan berita di media. Dengan berbekal foto-foto dan catatan dari teman-teman Dion, ia mulai mencari tahu tentang pengemudi mobil yang menabrak kekasihnya. Setiap hari, Rina mengunjungi tempat kecelakaan itu, berharap menemukan petunjuk atau, setidaknya, ada yang bersedia membantu.
Suatu malam, saat hujan deras mengguyur kota, Rina memutuskan untuk pergi ke kantor polisi. Di sana, ia menemukan seorang detektif yang bersedia membantunya. "Kita perlu saksi mata. Apakah ada yang melihat kejadian itu?" tanya detektif tersebut.
"Beberapa orang di sekitar sana," jawab Rina, "Tapi tidak ada yang mau berbicara. Mereka semua takut."
Dengan tekad yang membara, Rina mulai mendatangi mereka satu per satu. Beberapa bersedia berbicara, sementara yang lain menolak. Namun, ia tidak putus asa. Dalam perjalanan itu, Rina menemukan seorang ibu yang bersedia berbagi informasi. Ibu tersebut menyebutkan nomor plat mobil dan ciri-ciri pengemudi yang melarikan diri setelah kecelakaan.
Rina bergegas melaporkan informasi itu ke detektif, berharap ada kemajuan. Namun, saat berita itu sampai ke telinga orang-orang di sekitarnya, Rina dihadapkan pada banyak rintangan. Beberapa orang mulai menjauh, merasa cemas dan takut jika mereka terlibat dalam masalah besar.
Tapi Rina tidak akan mundur. Dia tahu, di dalam hatinya, Dion pasti ingin dia berjuang untuk keadilan. Setiap malam, Rina berbicara pada foto Dion, menangis dan mengungkapkan betapa rindu dan sedihnya ia tanpa kehadirannya. Dia merasa seperti berjalan di atas jalan yang sepi dan gelap, tanpa petunjuk, tanpa tujuan.
Hari-hari berlalu, dan Rina merasa lelah. Namun, ia teringat akan kata-kata Dion yang selalu memberi semangat: "Tak peduli seberapa beratnya, kita harus terus melangkah." Dengan tekad baru, ia kembali ke tempat kejadian, berharap menemukan petunjuk lain.
Akhirnya, setelah berbulan-bulan pencarian, Rina mendapatkan petunjuk yang mengarah pada pengemudi yang melarikan diri. Dengan bantuan detektif, mereka berhasil menemukan orang tersebut dan membawanya ke pengadilan. Rina duduk di bangku pengunjung, menatap pengemudi itu, hati dipenuhi amarah dan rasa sakit.
Di depan pengadilan, Rina mengungkapkan semua yang ia rasakan. Dia bercerita tentang Dion, tentang mimpinya, tentang semua kenangan yang telah direnggut darinya. Dalam hati, dia berharap, jika hanya sekali lagi, dia bisa mendengar suara Dion memanggil namanya.
"Dia tidak pantas mendapatkan semua ini," ujarnya dengan air mata yang mengalir. "Dia adalah seseorang yang dicintai, yang seharusnya masih ada di sini."
Akhirnya, keadilan pun datang, meskipun tidak bisa mengembalikan Dion. Rina merasa seolah sebuah beban telah terangkat dari pundaknya, tetapi kesedihan itu tetap ada. Dia tahu, meski keadilan telah ditegakkan, tidak ada yang bisa mengisi kekosongan di hatinya.
Hari demi hari, Rina terus melangkah. Dia belajar untuk merelakan, meskipun akan selalu ada bagian dari dirinya yang merindukan Dion. Dalam setiap langkahnya, Rina membawa kenangan indah tentang cinta mereka, hingga suatu saat, saat ia siap, ia berharap bisa menemukan cinta lagi, meskipun tanpa kehadiran Dion di sisinya.
Puisi untuk Dion
Di antara derai hujan yang tak kunjung reda,
Kau pergi tanpa pamit, tinggalkan duka yang dalam.
Seolah waktu berhenti, saat langkahmu terhenti,
Kini ku berjalan sendiri, dalam gelap tanpa arah.
Hari-hari yang kujalani, tanpa tawamu,
Semua kenangan berputar, seperti mimpi yang hilang.
Kau adalah matahari di ujung senja,
Namun kini, yang tersisa hanya bayangan.
Dion, namamu terukir di hatiku,
Setiap detak jantungku, memanggilmu dalam sunyi.
Di sini, aku duduk, menunggu jawaban,
Mengapa kau pergi, meninggalkan luka yang tak terobati?
Selembar kertas, tempatku menulis harap,
Menggambarkan cinta yang takkan pernah pudar.
Berharap kau mendengar, di antara bintang-bintang,
Bahwa hatiku ini, masih menunggu pulang.
Wahai angin, sampaikan pesanku,
Bahwa cintaku tak akan lekang oleh waktu.
Aku merindukanmu, dalam tiap langkahku,
Dalam setiap detik yang berlalu tanpa dirimu.
Jika hanya bisa berjumpa lagi,
Aku akan berjanji, tak akan melepaskan.
Kau adalah bagian dari jiwaku,
Selamanya akan kukenang, hingga akhir waktu.

Komentar
Posting Komentar