Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Selamanya Bersamamu

  Selamanya Bersamamu (Verse 1) Hari berlalu, dan kita di sini, Berdua menatap mimpi yang kita bangun sendiri. Dalam pelukan ini, aku merasa utuh, Kau dan aku, rumah yang tak pernah rapuh. (Chorus) Selamanya bersamamu, Dalam tawa dan tangis kita bertemu. Kau cintaku, hidupku, Di setiap langkah, ku ingin selalu bersamamu. (Verse 2) Kita punya cerita, si kecil berlari, Menghiasi hari, mengisi hidup ini. Dunia mungkin berubah, waktu bisa pergi, Namun cinta ini, akan selalu abadi. (Chorus) Selamanya bersamamu, Dalam tawa dan tangis kita bertemu. Kau cintaku, hidupku, Di setiap langkah, ku ingin selalu bersamamu. (Bridge) Dan jika nanti senja mulai datang, Kita tetap berdua, dalam genggaman tangan. Aku tak butuh surga, atau keindahan fana, Karena di sisimu, aku temukan selamanya. (Chorus) Selamanya bersamamu, Dalam tawa dan tangis kita bertemu. Kau cintaku, hidupku, Di setiap langkah, ku ingin selalu bersamamu. (Outro) Selamanya di sini, dalam cerita kita, Aku bersumpah, ku ingin hidup ...

Untukmu Penjaga Hatiku

  Dalam setiap langkah, kau adalah cahaya, Menghiasi hari dengan cinta yang tiada henti, Di tengah badai atau langit cerah, Kau tetap teguh, menguatkan hati ini. Tiap senyummu adalah pelipur lara, Tiap pelukanmu, pelabuhan jiwa, Engkau yang setia di kala suka, Engkau yang tak lelah di saat duka. Tak ada kata yang mampu melukiskan, Betapa indahnya hadirmu di setiap napas, Dalam diam, aku berjanji takkan terhitung, Berapa banyak cinta yang kutanam di hatimu, kekasih. Kau bukan hanya istri, kau belahan hati, Tempatku pulang dari dunia yang bising, Aku bersyukur dalam setiap detik hidup ini, Karena bersamamu, hidup ini menjadi lebih indah dan berarti.

Langkah Tanpamu

Gambar
  Rina duduk di tepi jalan yang biasa dilalui Dion setiap hari. Di sana, di bangku tua yang terbuat dari kayu, ia bisa mengingat semua kenangan indah bersama kekasihnya. Canda tawa mereka masih terngiang jelas di telinganya, seolah Dion baru saja melangkah pergi untuk membeli kopi di warung dekat rumah. Namun, kenyataannya, Dion tak akan kembali lagi. Hari itu, saat semua tampak sempurna, sebuah mobil melaju dengan cepat, tak memberi kesempatan bagi Dion untuk melangkah menjauh. Rina masih ingat betul suara rem yang berdecit, diikuti dengan teriakan panik dari orang-orang di sekitarnya. Ia berlari, jantungnya berdegup kencang. Namun, semua terlambat. Dion tergeletak di tanah, darah mengalir dari kepalanya, matanya menatap kosong. Sejak kejadian itu, hidup Rina berubah sepenuhnya. Ia tidak lagi bersemangat menghadapi hari-harinya. Dia selalu melihat jam, menghitung waktu, menunggu kedatangan Dion yang tidak akan pernah terjadi. Tiap malam, ia terbangun, merindukan pelukan hangatnya,...

Mangsa (End)

Gambar
  Kegelapan yang sempat menyelimuti rumah itu mulai memudar seiring dengan padamnya lilin terakhir. Sosok-sosok yang menghantui kami menghilang, dan suasana menjadi sunyi, namun rasa takut dan ketegangan masih terasa tebal di udara. Aku mengatur napas, mencoba menenangkan diriku yang masih gemetar. Sementara itu, Kapten Dendi memeriksa keadaan kami satu per satu. “Kean, kau baik-baik saja?” tanya Kapten Dendi. Aku mengangguk, meski masih terkejut. “Kapten Tomi… dia...” Kapten Tomi masih tak sadarkan diri di pojok ruangan, namun nafasnya terlihat normal, meski wajahnya masih pucat. Kapten Dendi mendekatinya, memeriksa nadi dan mengonfirmasi bahwa dia masih hidup. Letnan Deris dan aku segera membantunya, mengangkat tubuh Kapten Tomi ke atas bahu. "Kita harus keluar dari sini secepat mungkin sebelum ada hal lain yang terjadi," kata Kapten Dendi dengan nada tegas, meskipun ada sedikit kelelahan di matanya. “Rumah ini tidak akan membiarkan kita pergi dengan mudah.” Kami segera ber...

Mangsa (Awal Mula)

Gambar
  Sebelumnya disini Rumah tua yang kini dikenal sebagai "Rumah Mangsa" dulunya adalah sebuah tempat tinggal yang indah dan megah, dibangun pada awal tahun 1900-an oleh seorang bangsawan kaya bernama Raden Wijaya. Lokasinya yang berada di kaki gunung dengan pemandangan hutan lebat di sekelilingnya menjadikan rumah itu simbol kemakmuran dan kekuasaan. Raden Wijaya terkenal sebagai seorang dermawan dan pemimpin yang disegani, namun, ada satu rahasia gelap yang tersembunyi di balik kehidupannya yang terlihat sempurna itu. Raden Wijaya hidup bersama keluarganya—istri, dua anak laki-lakinya, dan seorang anak perempuan. Kehidupan mereka tampak sempurna, namun di balik senyum ramahnya, Raden Wijaya menyimpan ambisi yang berbahaya. Dia terlibat dalam ilmu hitam dan ritual-ritual gelap untuk mempertahankan kekuasaannya. Dikatakan bahwa demi memperkuat kekayaannya dan memastikan keturunannya tetap berkuasa, dia membuat perjanjian dengan makhluk gaib, sebuah perjanjian yang mengorbankan ...

Mangsa (Eps 4)

Gambar
  Cerita sebelumnya Sosok pocong itu berdiri di depan kami, diapit oleh anggota Tim 2 yang seolah telah berubah menjadi bayangan hidup. Mata mereka yang kosong menatap kami tanpa emosi, seperti boneka yang dikendalikan oleh kekuatan gelap. Jantungku berdegup kencang, seolah-olah kematian sedang menyapa kami. "Apa yang terjadi pada mereka?" Letnan Deris bertanya dengan suara gemetar, mundur perlahan. "Mereka tidak... tidak mungkin..." "Ini jebakan," kata Kapten Dendi dengan suara tenang namun tegang. "Kita harus keluar dari sini, sekarang." Namun, seolah mendengar niat kami, pintu di belakang kami tiba-tiba tertutup dengan keras, menutup jalan keluar. Ruangan itu mulai terasa lebih dingin, seolah udara itu sendiri ingin menyesakkan kami. Lilin-lilin di meja kayu bergetar, seperti akan padam kapan saja. "Kapten... kita terjebak," kataku, suaraku bergetar. Aku bisa merasakan bahaya yang semakin mendekat, seperti bayangan yang menunggu untu...

Mangsa (Eps 3)

Gambar
  Episode sebelumnya Jeritan itu membuat bulu kuduk kami berdiri, menembus keheningan dengan begitu jelas, seolah datang dari segala arah. Kami membeku di tempat, memandang satu sama lain dalam ketakutan yang tak bisa diucapkan. Tidak mungkin itu suara manusia—begitu penuh penderitaan dan keputusasaan. Kapten Dendi langsung merapatkan tim, "Kita harus keluar sekarang. Situasi ini sudah di luar kendali." Namun, sebelum kami sempat bergerak, suara langkah berat terdengar dari lorong di belakang kami. Derapnya lambat namun berat, seolah-olah sesuatu yang besar dan tak kasat mata sedang mendekat. Suara rantai yang menyeret tanah kembali terdengar, kali ini lebih jelas. "Pocong itu kembali?" gumam Letnan Deris dengan napas yang terengah. Kapten Tomi menegangkan otot-ototnya, senjata siap di tangan. "Kita tidak punya waktu. Bergerak cepat!" Kami mulai mundur perlahan, tetap waspada pada setiap sudut gelap ruangan itu. Namun, semakin kami bergerak, semakin jelas ...

Mangsa (Eps 2)

Gambar
  Cerita sebelumnya  Mangsa Eps 1 ...tetapi takdir sepertinya punya rencana lain. Dingin yang menusuk tulang kini semakin tak terasa seiring ketegangan yang menjalar di udara. Tim 2 bergerak dengan cepat menuju rumah yang kutemukan. Pandawa memimpin, diikuti oleh Rio dan Levi yang siaga di belakangnya. Kami semua tahu, satu langkah keliru bisa berarti malapetaka. Suara langkah kaki mereka terdengar pelan, semakin menjauh menuju rumah yang tampak tua dan rapuh. Sementara itu, kami menunggu dalam diam, mendengarkan deru angin yang membawa suara-suara aneh. Jantungku berdebar keras. Sejak bergabung dengan tim ini, aku sudah melihat hal-hal yang tak masuk akal, hal-hal yang membuatku ragu apakah aku benar-benar siap untuk ini. "Kapten, kau dengar itu?" bisik Letnan Deris, suaranya nyaris tertelan angin. Aku mengangguk, mendengar suara samar yang tak seharusnya ada di tempat terpencil seperti ini. Suara seperti gesekan benda tajam di tanah, atau mungkin rantai yang diseret. Entah ...