Dia Seberkas Rindu
Bodohnya diri ini saat ia mulai tersenyum padaku. Senyumnya begitu memikat. Sampai-sampai, aku tahu ini cinta belaka (lagi). Meski pada awalnnya tidak ada niatan pasti. Hanya saja ada waktu dimana perlahan aku tahu, dia memang memikat. Namun apakah hanya memikat saja? Tidak. Dia selalu ada pada saat itu, memberi kesan dimana dalam waktu harus ada kamu. Perlahan aku mulai kembali dengan siapa aku, statusku, dan dengan siapa aku terjebak waktu. Dia saat itu kembali tiada. Hanya beberapa waktu saja ada. Tidak lama, tidak pula sekejap. Dia mengingatkan bahwa, senyumnya memang berbeda . Lalu dia kembali pada hal terbiasanya , lalu sama seperti awal kami bertemu. Ada banyak lukisan saat pertemuan pertama itu terjadi. Bahkan selebihnya aku menerka, dia akan ku miliki. Namun, tidak ada yang dapat menerka semua itu, kecuali Pencipta. Bermula dari saling tukar kata. Lalu berlanjut dengan apa itu hati . Lalu kembali, seperti tidak terjadi apapun. Semua tanpa ada niatan dan lagi tanpa...