Sebuah Rindu yang Tertunda di Januari
Aku tidak bisa menjelma sebagai orang lain. Setiap langkah ini tetap teguhkan hati pada satu hati. Jika hati yang aku tuju menjauh, aku tahu betul bagaimana caranya berdiri diam sambil menggenggam kenangan terbalut rindu.
Semua seakan hancur di Januari ini. Angin pun berbisik, "Ini untukmu". Aku mencoba berpikir apa yang salah. Namun yang ku tahu, aku benci juga rindu di Januari ini.
Banyak cerita pada awalnya. Banyak semangat dalam hati setiap harinya. Namun kini, aku tahu itu semua kembali pada awalnya. Awal dimana kita tidak lagi saling menatap juga menyapa.
Apakah dunia mengikatku dibagian letak tiang terjauh di bumi ini? agar aku tak bisa menghabiskan waktu dengan orang yang ku anggap sebagai teman hidupku? Entahlah, tapi aku rasa ini ada yang salah, ada gundah yang ku rasa, dan ada resah yang ku bawa.
Ada rindu yang terbalut resah dihati ini. Seperti ombak dimalam hari yang tenang, dan seperti angin pagi yang diam tanpa merusak. Begitupun hati ini, tenang, sepi dan hilang arah. Aku tahu betul bagaimana mengingat kenangan. Bercengkrama dalam canda dan tawa. Aku tahu betul bagaimana senyuman itu hadir dan membuat darah ini seakan mengalir lebih cepat.
Ruang hati ini lagi-lagi merindukan cinta yang selalu menemani. Berbicara pada setiap kisah, memulai hari dengan sebuah ucapan rindu. Namun semua itu (lagi) tertunda di Januari ini.
Jika rindu itu hadir lebih cepat, akan ku tanggapi kebosanan ini. Aku tahu betul bagaimana bertindak. Aku tahu betul kemana harus melangkah. Haruskah berdiam diri menjadi sosok berbeda dalam balutan rindu? Sepertinya tidak, karena rindu sebuah rasa yang hadir begitu cepat mengalir dalam darah dan berkomunikasi dengan pikiran. Merindunya aku tahu betul harus bagaimana.
Cinta, tetaplah disitu. Biar aku yang mengejarmu dan menangkapmu kembali. Karena disetiap rindu akan ada senyum yang tersiksa. Dan dalam setiap rindu, akan ada patah yang perlahan memisah. Dari aku, perindu cinta.
Nirfan

Komentar
Posting Komentar