Aku dan Sepi ini


Sesekali merenunglah. Berpikir saat malam memasuki pekatnya. Berpikir arah hidup akan kemana. Dan berulang pikir, mengapa dia, dia dan lainnya pergi.

Ada kalanya sepi itu sebagai sahabat terbaik. Meski ramai, riuh dengan tawa teman, kita tidak bisa menyimpan rasa sepi itu. Hati memiliki belahannya tersendiri, meski terus terhibur namun semua punya rasa tersendiri.

Aku pernah merasakan bagaimana senangnya memiliki Ia yang ku genggam. Bahkan seakan semua hanya "aku dan kamu". Tapi sadar atau tidaknya, aku tahu yang datang perlahan, pasti akan pergi perlahan. Yang datang dengan cepat, pasti pula pergi dengan cepat. Kita bukan pemilik semesta yang dapat atur semuanya. Kita adalah pemainnya, dan kita pula yang harus merasakan manis pahit dalam artian cinta.

Lika-liku itu hadir disaat hati bertanya, "kemana arah cintamu?" Aku hanya diam. Membayangkan saja aku tak sanggup. Namun, semua harus berarah. Semua harus mulai bisa terbiasa, dan memulai siapa yang akan benar-benar menggenggam erat jemari ini.

Sepi ini mampu aku bunuh perlahan. Namun lagi, semua itu sementara dan aku tetap terselimut sepi.


#Nep

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mangsa (End)

Mangsa (Eps 4)

Selamanya Bersamamu